Selasa, 08 Januari 2013

Drama Alkisah Tjetera yang Kedua




Akisah di ceritakan ada sebuah negeri yang berada di tanah Andelas Perlembang, rajanya bernama Demar Lebar Daun, ia adalah cucu dari raja Sulan. Di negeri itu terdapat sebuah sungai bernama Muara Tatang, dan hulu sungai itu bernama sungai melayu. Di sana tinggallah dua orang perempuan yang sedang berladang. Wan Empuk dan wan Malini namanya. Mereka tinggal di bukit Siguntang, rumah mereka sangatlah luas, padi dan ladangnya pun juga sangat banyak dan luas, padi-padi mereka sudah menguning dan siap untuk dipanen.
Suatu malam mereka melihat ladang mereka seperti menyala seperti api yang membara
Wan Malini  : “Wan Empuk! Wan Empuk! Wan Empuk! Wan Empuuuk!” (sambil menggoyang-goyangkan tubuh Wan Empuk)
Wan Empuk  :  “Ada apa? Sudah tidur saja!” (menggosok mata, lalu tidur lagi)
Wan Malini   : “Sini cepat cepat cepat, ” (membangunkan paksa Wan Empuk, dan menyeret Wan empuk keluar rumah)
Wan Empuk  : “Ada apa sih!” (kesal dan berusaha melepas tangan Wan Malini)
Wan Malini   : “coba lihat ke arah ladang, disana ada cahaya seperti nyala api, aku takut melihatnya” (menunjuk kearah ladang)
Wan Empuk  : “benar! Jangan-jangan itu naga?!” (membelalakkan mata)
Wan Malini   : “iya benar! Mungkin itu naga besar” (ketakutan)
Wan Empuk : “sudah kita tidur saja, aku juga takut melihat nya”
Wan Malini  : “kita lihat besok saja, apa yang sebenarnya terjadi”
                       Meraka pun diam dan ketakutan dengan apa yang terjadi saat itu, akhirnya mereka pun tertidur. Pada pagi itu mereka bangun, setelah itu mereka membasuh muka mereka, dan melihat apa yang terjadi pada malam itu.
Wan Malini  : “Wan Empuk! Wan Empuk!” (teriak-teriak heboh)
Wan Empuk : “ada apa Wan Malini?”
Wan Malini  : “Ayo kita lihat apa yang sesungguhnya terjadi tadi malam!”
Wan Empuk : “ayolah, kita naik ke bukit untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi”
Wan Malini  : “ayo! Cepat cepat cepat”
                       Mereka pergi naik ke atas bukit Siguntang, disanalah mereka terkejut dan terheran-heran smelihat apa yang terjadi sebenarnya. Ternyata ladang padi mereka berubag menjadi emas, dilihatnya padi yang berbuahkan emas, berdaunkan perak, dan batangnya berubah menjadi tembaga suasa. Mereka sangat terheran-heran apa yang sebenarnya terjadi pada ladang mereka, mengapa berubaah seperti seperti ini. Di tambah juga saat mereka berjalan ke bukit Sihutang, mereka melihat tanah itu menjadi warna emas.
Wan Empuk : “Wan Malini, apa yang sebenarnya terjadi tadi malam ya?” (kebingungan)
Wan Malini  : “aku juga tidak tahu, mengapa ini bisa terjadi ya?”(garuk-garuk kepala)
Wan Empuk : “ya! Mungkin inilah yang kita lihat tadi malam!”
                       Dan pada waktu yang sama datanglah tiga orang muda yang gagah, dan salah satunya memakai baju kerajaan, bersama dengan lembu putihnya dan dua orang lagi berdiri di di sebelahnya memegang pedang kerajaan dan lembing. Wan Empuk dan Wan Malini yang sedang berdiri di tanah yang berwarna emas itu menjadi terheran-heran dan sampai tercengang melihat  tiga orang itu dengan parasnya yang sangat gagah dan terlihat sikap mereka sangat baik dengan pakaian yang bagus dan indah berkilauan.
Wan Empuk : “apakah karena tiga orang ini, padiku berbuah emas?”
Wan Malini  : “daunnya berdaun perak?”
Wan Empuk : “dan batangnya berbatang tembaga suasa?”
Wan Malini : “tanah bukitnya pun menjadi emas?”
(mereka terheran-heran)         
Wan Empuk : “Siapa ya sebenarnya orang itu Wan Malini?”
Wan Malini  : “Aku juga tidak tahu, aku pun juga tidak mengenalnya”
Wan Empuk : “Ayo coba kita tanya siapa mereka!”
(berjalan menuju ketiga orang tersebut)
Wan Empuk : “permisi tuan, jika boleh tahu siapakah tuan hamba ini?”
Wan Malini  : “dan darimana tuan hamba ini berasal?”
Wan Empuk : “Apakah tuan hamba ini anak jin?”
Wan Malini  : “atau apakah tuan hamba ini anak peri?”
Wan Empuk : “Karena sudah lama kami tidak pernah melihat seorangpun datang ke sini”
Wan Malini  : “Baru tuan hamba inilah yang datang ke sini”
Raja                : “oh, tenang tenang tenang saja”
N Pahlawan : “kami buka dari bangsa jin dan peri”
K Pandita     : “kami ini bangsa manusia”
Raja             : “asal kami adalah cucu dari raja Iskandar Dzu’l-Karnain”
N Pahlawan : “nisab kami adalah raja Nusirwan raja masyrik dan maghrib”
K Pandita   : “dan pancar kami dari raja Slaiman alaihisalam dan raja ini bernama raja Bicitram Syah”
Raja                      : “dan meraka berdua ini Karna Pandita dan yang ini Nila Pahlawan” (menunjuk Karna Pandita dan Nila Pahlawan)
N Pahlawan : “Pesang ini bernama curik Semandang” (menunjukkan Curik)
K Pandita    : “dan lembing ini bernama Lembuara” (menunjukkan Lembing)
Raja               : “yang sini namanya cap kayu Kempa” (menunjukkan cap)
N Pahlawan : “jika mengirim surat kepada raja, cap ini yang di capkan”
Wan Empuk : “Kalau tuan tuan tuan ini benar benar anak cucu raja Iskandar,”
Wan Malini  : “ada perlu apakah tuan tuan datang kesini?”
                       Nila Pahlawan pun menceritakan semua hikayat raja Iskandar yang mempunyai istri anak raja Kida Hindi dan peri raja Suran, itu semua diceritakan kepada Wan Malini dan Wan Empuk.
Wan Malini : “Apa bukti perkataan tuan tuan ku ini?”
Raja            : “Mahkota inilah buktinya, bkti bahwa saya adalah cucu raja Iskandar” (menunjuk mahkota yang di pakai)
N Pahlawan : “Hai para Embok! Jika anda tidak percaya dengan perkataan kami itulah sebabnya kami datang kesini”
K Pandita    : “Padi Embok menjadi berbuahkan emas, berdaunkan perak dan berbatangkan tembaga suasa juga tanah di dibukit ini menjadi emas”
                       Maka Wan Maini dan Wan Empuk percaya pada ucapan ketiga orang muda itu, mereka sangat senang mendengarnya, lalu raja itu di bawa ke rumah Wan Malini dan Wan Empuk. Raja lalu naik ke atas lembu putih untuk pergi ke rumah Wan Malini dan Wan Empuk. Akhirnya Wan Empuk dan Wan Malini dapat memanen hasil ladang mereka. Mereka pun menjadi kaya raya, dengan izin Allah, maka Lembu yang biasa mereka naiki memuntahkan buih dan menjadi seorang anak manusia.
Wan Empuk   : Subhanallah! Bagaimana bisa lembu yang biasa kita naiki melahirkan anak manusia?! (mengelus elus kepala Bat)
Wan Malini    : Allah telah berkehendak.. . (mengangguk –angguk)
Wan Empuk   : bagaimana jika kita menamai anak ini Bat?
Wan Malini    : benar juga nama itu sangat cocok untuk anak ini.
                        Kemudian, Wan Malini dan Wan Empuk pun di nikahkan dengan Nila Pahlawan dan Karna Pandhita, dan mereka di karuniai seorang anak laki-laki bernama Baginda Awang dan seorang anak perempuan yang bernama Baginda Dana. Akhirnya mereka hidup bahagia bersama selamalamalalmalamalamanyaaaa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar